Aliansi Jurnalis Independen


AJI Yogyakarta Selenggarakan Diskusi untuk Jurnalis
February 28, 2007, 2:59 pm
Filed under: Berita

Rabu, 28 Pebruari 2007

Setelah sempat berhenti beberapa waktu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta kembali menggelar diskusi untuk jurnalis dengan tema seputar persoalan gempa. Kali ini, persoalan yang diangkat adalah tentang kondisi liputan media massa terhadap gempa bumi setelah sembilan bulan berlalu. Dengan bekerja sama dengan Prodi Ilmu Komunikasi UII, diskusi ini menghadirkan tiga pembicara yaitu PM Laksono (pengamat sosial), Try Suparyanto (redaktur harian Bernas Jogja) dan Anang Hermawan (dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII).

Diskusi yang berlangsung di kampus UII Cik Di Tiro, Selasa (20/2) ini sengaja digelar untuk mengingatkan kembali para jurnalis di Yogyakarta, bahwa masih banyak persoalan yang dihadapi warga korban gempa di wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun dalam kenyataannya, para jurnalis mulai meninggalkan liputan tentang persoalan yang berkaitan dengan bencana gempa. Dapat dilihat,
setelah sembilan bulan berlalu, setiap hari hanya ada satu atau dua berita seputar gempa yang menghiasi halaman surat kabar. Di media elektronik, frekuensinya jauh lebih sedikit.

AJI Yogyakarta berharap dengan diskusi ini, para jurnalis kembali ingat betapa di wilayah gempa masih menyimpan ‘segunung’ persoalan. Para jurnalis seharusnya mengangkat persoalan ini karena ini merupakan agenda publik yang harus diperjuangkan. Media seharusnya tidak mengabaikan agenda publik ini dengan mengutamakan agenda media yang biasanya lebih mengacu kepada kepentingan pasar.

Berkaitan dengan soal ini,  PM Laksono mengatakan seharusnya media seharusnya menggunakan momen bencana alam (gempa bumi) untuk mendorong perubahan sosial. Namun tampaknya media belum mampu
melakukannya karena mengalami kegagalan secara visioner. Berita media massa juga kurang reflektif sehingga tidak mampu mendorong seseorang untuk merubah sikapnya.

Sementara itu Try Suparyanto dari Bernas Jogja, dengan pesimis mengatakan masyarakat sebaiknya memang jangan terlalu banyak berharap dai media massa. Sebab, seperti kasus gempa di Yogya, media
tidak dapat tuntas mengawal seluruh persoalan yang muncul. Media massa harus memilih isu baru dan meninggalkan isu lama demi menaikkan tiras atau rating.

Saat berbicara, Anang Hermawan mengatakan untuk liputan bencana gempa, sebaiknya media massa menggunakan teknik investigasi. Sebab dengan teknik ini, persoalan dapat dikupas secara tuntas.

Dalam sesi tanya-jawab, peserta sangat antusias. Fathuddin Muchtar dari SAMIN (Sekretariat Anak merdeka Indonesia) mengusulkan agar para jurnalis membuat liputan di wilayah bencana dengan menggunakan perspektif hak asasi manusia, artinya jurnalis harus mencari hak apa yang seharusnya diterima warga korban bencana dari negara.

Sedangkan Feybe En Lumuru dari Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta mengatakan selain hak, liputan para jurnalis juga harus memperhatikan persoalan kultur masyarakat. Selain itu Feybe juga mengingatkan liputan banyak media massa juga masih ‘kebingungan’ tidak lama setelah bencana terjadi.

Diskusi ini banyak dihadiri para mahasiswa, pemerhati media massa dan jurnalis sendiri. AJI Yogyakarta berharap dengan diskusi ini, semoga para jurnalis kembali mau sedikit bersusah-payah, mencari persoalan penting dan serius yang dihadapi warga korban gempa bumi.


Leave a Comment so far
Leave a comment



Leave a comment