Aliansi Jurnalis Independen


Sejarah AJI Kediri

Berangkat dari Diskusi Pinggir Jalan

Berdirinya AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Kediri tak lepas dari pergumulan sosial dan keprihatinan para jurnalis muda yang bertugas di wilayah Eks Karesidenan Kediri, Jawa Timur dalam memandang masa depan pers nasional ke depan. Setiap saat, usai menjelankan aktifitas jurnalistik, diskusi selalu menjadi muara untuk bertukar ide dan gagasan. Mulai dari emper kantor Pos dan Giro Kota Kediri yang terletak di tepi Sungai Brantas, hingga di trotoar Jalan Dhoho sembari makan nasi pecel dan minum wedang ronde, tak lepas dari kerumunan para jurnalis muda tiap petang hingga larut malam.

Menindaklanjuti hasil sharing dan diskusi yang dilakukan secara masif dan terus-menerus oleh kawan-kawan jurnalis di Kediri selama bertahun-tahun, akhirnya pada hari Rabu, tanggal 22 Februari 2006, pukul 24.00 WIB, disepakati untuk membentuk Panitia Persiapan Pendirian Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri. Pembentukan ini diawali olah sosialisasi AJI secara lebih mendalam di Perumahan Wilis Indah II Blok H-Raya 22 Kediri.

Sosialisasi dan penyamaan persepsi tentang AJI diikuti 26 wartawan yang bertugas di wilayah Kabupaten/ Kota Kediri dan Kabupaten Tulungagung. Bertindak sebagai narasumber adalah Dwidjo Utomo Maksum (wartawan Tempo) dan Ahmad Amrullah (wartawan Metro TV). Hadir dalam pertemuan itu, Runik Sri Astuti (wartawati Kompas) yang datang sebagai teman sekaligus peninjau.

Materi yang disampaikan dua anggota AJI itu diantaranya menyangkut konsep internal dan eksternal serta kelembagaan AJI. Fokus kajian juga ditujukankepada persoalan ideologi pers, khususnya mengenai spirit anti amplop atau kerap di sebut sebagai semangat “say no to envelope”. Setelah melalui proses tanya jawab secara aktif selama kurang lebih 3 jam, 26 jurnalis yang hadir memandang perlu didirikannya AJI di Kediri. Selain sebagai organisasi profesi juga sebagai wadah perjuangan, advokasi, serta menjadi serikat pekerja pers di Kediri.

Persamaan persepsi dan paradigma itu kemudian dilanjutkan dengan pemilihan calon ketua Panitia Persiapan Pendirian AJI Kediri. Pola yang dilakukan adalah dengan metode penjaringan terbuka. Dari 26 jurnalis yang hadir, mengerucut kepada 3 nama sebagai kandidat ketua, yaitu, Hamluddin (wartawan Harian Surya), Yusuf RH Saputro (wartawan Lativi) dan Andrean Sunaryo (wartawan Radar Tulungagung).

Melalui pemilihan secara demokratis, akhirnya Hamluddin (wartawan Harian Surya) memenangkan pemilihan dengan mendapatkan 12 suara. Sedangkan Yusuf RH Saputro (wartawan Lativi) menempati posisi kedua dengan meraih 11 suara. Sementara Andrean Sunaryo (wartawan Radar Tulungagung) mendapatkan 3 suara.

Dari hasil komposisi suara itu, Hamluddin diberi amanat untuk menjadi Ketua Panitia Persiapan Pendirian AJI Kediri. Sedangkan Yusuf RH Saputro dan Andrean Sunaryo mendapat amanat untuk menjadi Wakil Ketua sekaligus menjadi koordinator sosialisasi lanjutan untuk daerah Kediri dan Tulungagung. Untuk melengkapi struktur kepanitiaan, Fadly Rahmawan (wartawan Trans TV) dipercaya sebagai sekretaris dan Hendra Setyawan (wartawan ANTV) sebagai bendahara.

Selain itu, secara teknis juga dibentuk perencana program dan persiapan kekuatan hukum yang dipercayakan kepada Edi Purwanto (wartawan Sindo), Miftahul Arif (wartawan ANTV), Nur Salam (wartawan Trans TV), Hari Tri Wasono (wartawan Lativi), Miftahul Huda (wartawan Liiur FM), Danang Sumirat (wartawan SCTV), Khoirul Abadi (wartawan RCTI), Ermawan Wahyu Aji (wartawan JTV), Afnan Subagio (wartawan Global TV), Budi Sutrisno (wartawan SCTV), M. Choirur Razaq (wartawan Radar Tulungagung), Destian Handre (wartawan Radar Tulungagung), Muchtar Efendi (wartawan RWS FM), Abdul Azis Wahyudi (wartawan Radar Tulungagung), Fendi Lesmana (wartawan Rek Ayo Rek), Joko Wiyono (wartawan Global TV), Beni Kurniawan (wartawan TPI), Wahid Nasiruddin (wartawan Harian Bangsa) dan Abdul Hakim (wartawan Radar Kediri).

Untuk mengarahkan jalannya persiapan pendirian AJI Kediri, forum memberi amanat kepada Dwidjo Utomo Maksum (Tempo) dan Ahmad Amrullah (Metro TV) sebagai SC (steering committe).

Panitia Persiapan Pendirian AJI Kediri itu dibuat sebagai bentuk amanat segera dibentuknya kepengurusan AJI Kediri melalui penyelenggaraan konferensi serta deklarasi sebagai bentuk legitimasi yuridis dan historis dari AJI Indonesia yang berpusat di Jakarta. Keputusan kawan-kawan itu diketok pada hari Kamis tanggal 23 Februari 2006, pukul 03.10 WIB dinihari.

DEKLARASI PENUH KESEDERHANAAN

Kawan-kawan yang baik, setelah melalui proses perjuangan yang cukup melelahkan, akhirnya AJI Persiapan Kediri secara resmi dideklarasikan setelah didahului Konferensi Pemilihan dan Pembentukan Pengurus AJI Persiapan Kediri Periode 2006-2009 pada hari Sabtu, tanggal 1 April 2006. Satu hal yang sangat membahagiakan kawan-kawan anggota AJI Persiapan Kediri, Konferensi dan Deklarasi dihadiri oleh Sdr. Abdul Manan (Sekretaris Jenderal AJI Indonesia) dan Sdr. Sunudyantoro (pengurus AJI Indonesia).

Selain itu kehadiran kawan-kawan seperjuangan seperti, Iman Dwianto (Ketua AJI Surabaya) dan Bibin Bintariadi (Ketua AJI Malang) selaku perekomendasi turut memberikan sugesti besar bagi temen-teman panitia konferensi dan deklarasi berhasil menuntaskan semua agenda dengan sukses dan lancar. Semoga kehadiran AJI Persiapan Kediri bisa menambah kekuatan bagi perjuangan mewujudkan visi dan misi perjuangan AJI sejak dideklarasikan di Sirnagalih.